Jumat, 01 Oktober 2010

Penyesalan
















PENYESALAN SELALU DATANG TERLAMBAT

Tersebutlah sepasang suami isteri
- seperti pasangan lain di kota-kota besar –
meninggalkan anak-anak
diasuh pembantu rumah sewaktu bekerja.
Anak tunggal pasangan ini, putri cantik berusia empat tahun dengan nama panggilan TITA.
Sering sendirian TITA di rumah,
dan kerap kali dibiarkan Mbok Nah pengasuhnya yang sekaligus bekerja sebagai pembantu
di rumahnya,
karena sibukbekerja di dapur.
Bermainlah dia dengan ayun-ayunan di atas buaian yang dibeli ayahnya,
ataupun memetik bunga dan daun-daun
di halaman rumahnya yang tidak begitu luas.

Suatu Hari TITA menemukan sebatang
paku berkarat.
Dengan perasaan senang menemukan
permainan baru,
TITA-pun mulai mencoret-coret
lantai garasi tempat mobil ayahnya diparkirkan,
tetapi karena lantainya terbuat dari
marmer maka coretan tidak kelihatan.
Tidak kehilangan akal dicobanya
pada mobil baru ayahnya.
”Hmm.... Berhasil !” pikir TITA polos,
melihat ada bekas goresan di mobil baru ayahnya.
Karena mobil itu bewarna gelap,
maka coretannya tampak jelas.
Dengan perasaan riang TITA pun kembali membuat coretan sesuai dengan imajinasinya.
Hari itu ayah dan ibunya bermotor ke tempat kerja karena ingin menghindari macet.

Setelah sisi satu bagian mobil sudah dirasa penuh coretan maka TITA beralih ke sisi
bagian lain mobil ayahnya.
Dibuatnya gambar ibu dan ayahnya,
dan gambarnya dirinya sendiri
dengan tangan yang sedang dipimpin
di tengah-tengah ibu dan ayahnya,
dan kemudian digambarnya pinsil,
buku-buku, bangku, meja, papan tulis,
Bu Guru yang sedang mengajar,
juga tak lupa
digambarnya Nini ( boneka kecil yang kerap menjadi temannya bermain,
ditidurkannya di tempat tidur
buatannya sendiri yang terbuat dari kotak tissue, dipakaikannya baju bak seorang putri raja,
dan kemudian
diberinya bantal dengan penuh kasih sayang ).



Kejadian itu berlangsung
tanpa disadari oleh Mbok Nah.

Saat pulang petang,
terkejutlah pasangan suami istri itu
melihat keadaan mobil yang belum lama dibeli.
Si ayah yang belum lagi masuk ke rumah ini pun seketika berteriak berang,
”Kerjaan siapa ini...!!!”
Mbok Nah yang sedang melipat pakaian tersentak mendengar teriakan majikannya
dan segera bergegas keluar.
Seketika ia mengucapkan kalimat istighfar berulang-ulang.
Mukanya pucat pasi ketakutan,
lebih-lebih melihat wajah bengis tuannya.
Sekali lagi majikannya mengajukan
pertanyaan keras kepadanya,
iapun terus mengatakan,
”Saya tidak tahu... Pak.”
”Kamu di rumah sepanjang hari,
apa saja yg kamu lakukan?”
hardik sang istri lagi.

Mendengar suara ayahnya, TITA yang sedang bermain di kamar belakang dengan Nini bonekanya segera berlari kegirangan keluar.
Dengan penuh manja TITA berkata,
”TITA yang bikin gambar itu Yah... Cantik ...kan?!' katanya sambil memeluk pinggang ayahnya dengan penuh perasaan bangga memamerkan
hasil karyanya.
Si ayah yang sudah hilang kesabaran
seketika mengambil sebatang
ranting dari pohon di depan rumahnya, dan dengan serta merta dipukulkannya berkali-kali
ke telapak tangan TITA.
TITA yang tak mengerti apa-apapun
menangis kesakitan,
pedih sekaligus ketakutan.

Puas memukul telapak tangan,
si ayah memukul pula belakang tangan TITA.

Sedangkan si ibu cuma mendiamkan saja, seolah merestui dan merasa puas
dengan hukuman yang dikenakan pada TITA.

Mbok Nah hanya terpana,
tidak tahu harus berbuat apa...
Ia hanya bisa ikut menangis diam-diam
melihat anak yang sudah diasuhnya sejak berumur beberapa bulan begitu menderita menahan sakit oleh pukulan ayahnya.

Setelah merasa puas memukuli tangan kanan
dan kiri anaknya,
si ayahpun masuk ke rumah
diikuti si ibu.

Bergegas Mbok Nah menggendong TITA
yang masih merintih kesakitan
dan membawanya ke kamar.
Seketika ia terperanjat melihat sekujur tangan TITA luka-luka dan berdarah.
Mbok Nahpun bergegas memandikan TITA.
Sambil memandikan dan membersihkan luka TITA, mata Mbok Nah tak henti-hentinya
meneteskan air mata.
Dengan penuh kasih sayang
diusap-usapnya tangan TITA
yang terus menerus menangis menahan pedih.
Selesai mandi, Mbok Nah menidurkan TITA
dengan tidak lupa meletakkan Nini boneka kesayangannya, di sebelahnya.

Hari itu si ayah sengaja membiarkan
TITA tidur bersama Mbok Nah di kamar belakang.
***
Keesokkan harinya,
kedua belah tangan TITA mulai bengkak.
Pagi-pagi Mbok Nah mengadu ke majikannya,
”Oleskan obat saja!” jawab si ayah singkat.

Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan
TITA yang menghabiskan waktu di kamar belakang. Maksud si ayah mau memberi
pelajaran pada TITA.
Tiga Hari berlalu,
si ayah tidak pernah menjenguk anaknya,
sementara si ibu juga begitu,
meski setiap hari bertanya
kepada Mbok Nah.
”TITA demam, Bu,” jawab Mbok Nah pelan.
”Kasi minum paracetamol aja,” tukas si ibu.
Malam sebelum si ibu masuk
kamar tidur,
dia menjenguk kamar pembantunya,
saat dilihat putrinya TITA
dalam pelukan Mbok Nah,
dia menutup lagi pintu kamar pembantunya.

Masuk Hari keempat,
dengan memberanikan diri
Mbok Nah memberitahukan tuannya
bahwa suhu badan TITA sudah terlalu panas.
”Iya, sore nanti kita bawa ke klinik....
Jam 5 nanti harus sudah siap” kata majikannya dengan wajah datar.
Sampai waktu sore,
TITA yang sudah begitu lemah dibawa ke klinik. Melihat kondisi TITA,
dokter menyarankan agar dibawa ke rumah sakit.
Di rumah sakit tita diharuskan menjalani
rawat inap,
karena keadaannya sudah serius.
Setelah beberapa hari dirawat, dokter memanggil ayah dan ibu TITA.
”Tidak Ada pilihan lain....”
kata dokter menjelaskan dengan berat hati. ”Karena infeksi yang dikarenakan luka sudah sangat parah, dan demi menyelamatkan nyawa Putri Bapak, tangan Putri Bapak harus segera diamputasi.”
kata dokter itu ikut tertunduk sedih sambil membayangkan wajah polos TITA.

Seketika bapak dan ibu itu terhenyak bagaikan
terkena halilintar mendengar kata-kata dokter yang sebenarnya terdengar lirih.
Dunia bagaikan berhenti berputar.
Tapi apa lagi yang dapat dilakukan?
Nasi sudah menjadi bubur.
Si ibu sambil menangis meraung-raung
bergegas ke kamar dimana TITA sedang berbaring, dipeluknya TITA yang sedang tertidur pulas.
Si ayah termangu menatap ke arah dokter
dengan pandangan kosong,
kakinya serasa tidak menjejak lantai,
badannya limbung,
penyesalannya begitu besar,
serasa ada bagian dari dirinya yang tiba-tiba hilang. Saat dokter menyodorkan surat persetujuan pembedahan untuk ditandatangani,
tangannya bergetar keras.
***
Keluar dari ruang bedah,
selepas pengaruh obat bius yang disuntikkan berangsur-angsur hilang,
TITA menangis kesakitan.
TITA juga keheranan melihat kedua tangannya berbalut kasa putih.
Ditatapnya muka ayah dan ibunya.
TITA mengerenyitkan dahinya melihat ayah
dan ibunya menangis.
Dalam siksaan rasa sakit dan berurai air mata, TITA berkata lirih,
”Ayah.. Ibu... TITA tidak akan melakukannya lagi.... TITA tidak mau lagi ayah pukul.
TITA tak mau nakal lagi coret coret mobil Ayah....
TITA sayang Ayah..., sayang Ibu.”
katanya berulang kali membuat si ibu serasa diiris-iris hatinya.
Merasa ada yang kurang, TITA-pun menambahkan ”TITA juga sayang Mbok Nah...” katanya masih dengan nada lirih sambil mata kecilnya mencari-cari sosok yang selama ini menjadi tempatnya mengadu, tempatnya bertanya dan tempatnya berlindung. Namun sosok itu tidak ditemukannya di ruangan ini.

”Ayah... kembalikan tangan TITA.
Untuk apa diambil..?
TITA janji tidak akan mengulanginya lagi...!
Bagaimana caranya TITA mau makan nanti...?
Bagaimana TITA mau bermain nanti...?”
katanya berulang-ulang.
Serasa hancur hati si ayah
mendengar kata-kata TITA.
Seperti orang kehilangan kesadarannya,
ia meraung sejadi-jadinya.
Hilang sudah wajah angkuh yang selama ini menghiasi hari-harinya.
Dipeluknya kedua kaki TITA,
diciuminya kaki anak semata wayangnya itu berulang-ulang,
dengan tangis yang tak kunjung berhenti.
***
Nasi sudah jadi bubur.
Pada akhirnya si putri cantik itu harus meneruskan hidupnya tanpa kedua tangannya.
Dan ia masih belum mengerti mengapa tangannya
tetap harus dipotong,
meski ia sudah meminta maaf....

*****

Jumat, 24 September 2010

Felix Siaw

Satu Jam Lebih Dekat dengan Ust. Felix Siauw - TV One




Hitam Putih - Trans 7




Dan Bulanpun Terbelah


MISTERI TERBELAHNYA BULAN

BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM
SUBHANALLAH…………..
MAHA BESAR ALLAH SWT ATAS SEMUA CIPTAANNYA
Allah SWT berfirman: “Sungguh telah dekat hari qiamat, dan bulan pun telah
terbelah
(Q.S. Al-Qamar: 1)”



Dalam temu wicara di televisi bersama pakar Geologi Muslim, Prof. Dr.
Zaghlul Al-Najar, salah seorang warga Inggris mengajukan pertanyaan kepadanya, apakah ayat dari surat Al-Qamar di atas memiliki kandungan mukjizat secara ilmiah ? Maka Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar menjawabnya sebagai berikut :
Tentang ayat ini, saya akan menceritakan sebuah kisah. Sejak beberapa
waktu lalu, saya mempresentasikan di Univ. Cardif, Inggris bagian barat,
dan para peserta yang hadir bermacam-macam, ada yang muslim dan ada juga
yang bukan muslim. Salah satu tema diskusi waktu itu adalah seputar
mukjizat ilmiah dari Al-Qur’an.
Salah seorang pemuda yang beragama muslim pun berdiri dan bertanya,
“Wahai Tuan, apakah menurut anda ayat yang berbunyi “Telah dekat hari
qiamat dan bulan pun telah terbelah” mengandung mukjizat secara ilmiah ?
Maka saya menjawabnya: “Tidak, sebab kehebatan ilmiah dapat diterangkan
oleh ilmu pengetahuan, sedangkan mukjizat tidak bisa diterangkan oleh ilmu
pengetahuan, sebab ia tidak bisa menjangkaunya. Dan tentang
terbelahnya bulan, maka itu adalah mukjizat yang terjadi pada Rasul
terakhir Muhammad shallallahu ‘alaihi wassalam sebagai pembenaran atas
kenabian dan kerasulannya, sebagaimana nabi-nabi sebelumnya. Dan
mukjizat yang kelihatan, maka itu disaksikan dan dibenarkan oleh setiap
orang yang melihatnya. Andai hal itu tidak termaktub di dalam kitab Allah
dan hadits-hadits Rasulullah SAW, maka tentulah kami para
muslimin di zaman ini tidak akan mengimani hal itu. Akan tetapi hal itu
memang benar termaktub di dalam Al-Qur’an dan sunnah-sunnah Rasulullah
shallallahu alaihi wassalam. Dan memang Allah ta’alaa benar-benar Maha
berkuasa atas segala sesuatu”.

Maka Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar pun mengutip sebuah kisah Rasulullah SAW
membelah bulan. Kisah itu adalah di masa sebelum hijrah dari Mekah
Al-Mukarramah ke Madinah. Orang-orang musyrik berkata, “Wahai Muhammad,
kalau engkau benar Nabi dan Rasul, coba tunjukkan kepada kami satu
kehebatan yang bisa membuktikan kenabian dan kerasulanmu (mengejek dan
mengolok-olok)?” Rasulullah bertanya, “Apa yang kalian inginkan ?” Mereka
menjawab: “Coba belahlah bulan …” Maka Rasulullah SAW pun berdiri dan
terdiam, lalu berdoa kepada Allah SWT agar menolongnya. Maka Allah SWT
memberitahu Muhammad SAW agar mengarahkan telunjuknya ke bulan. Rasulullah
pun mengarahkan telunjuknya ke bulan, dan terbelahlah bulan itu dengan
sebenar-benarnya. Maka serta-merta orang-orang musyrik pun berujar,
“Muhammad, engkau benar-benar telah menyihir kami!”.
Akan tetapi para ahli mengatakan bahwa sihir, memang benar bisa saja
“menyihir” orang yang ada disampingnya akan tetapi tidak bisa menyihir
orang yang tidak ada ditempat itu. Mereka lantas menunggu-nunggu
orang-orang yang akan pulang dari perjalanan. Orang-orang Quraisy pun
bergegas menuju keluar batas kota Mekkah menanti orang yang baru pulang
dari perjalanan. Dan ketika datang rombongan yang pertama kali dari
perjalanan menuju Mekkah, maka orang-orang musyrik pun bertanya, “Apakah
kalian melihat sesuatu yang aneh dengan bulan?”. Mereka menjawab, “Ya,
benar. Pada suatu malam yang lalu kami melihat bulan terbelah menjadi dua
dan saling menjauh masing-masingnya kemudian bersatu kembali…!!!”.
Maka sebagian mereka pun beriman, dan sebagian lainnya lagi tetap kafir
(ingkar). Oleh karena itu, Allah menurunkan ayat-Nya: “Sungguh, telah
dekat hari qiamat, dan telah terbelah bulan, dan ketika melihat
tanda-tanda kebesaran Kami, merekapun ingkar lagi berpaling seraya
berkata, “Ini adalah sihir yang terus-menerus”, dan mereka
mendustakannya, bahkan mengikuti hawa nafsu mereka. Dan setiap urusan
benar-benar telah tetap …..” sampai akhir surat Al-Qamar.
“Ini adalah kisah nyata”, demikian kata Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar. Dan
setelah selesainya Prof. Dr. Zaghlul menyampaikan hadits nabi tersebut,
berdirilah seorang muslim warga Inggris dan memperkenalkan diri seraya
berkata, “Aku Daud Musa Pitkhok, ketua Al-Hizb Al-Islamy Inggris. Wahai
tuan, bolehkah aku menambahkan?” Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar menjawab:
“Dipersilahkan dengan senang hati.”

Daud Musa Pitkhok berkata, “Aku pernah meneliti agama-agama (sebelum
menjadi muslim), maka salah seorang mahasiswa muslim menunjukiku sebuah
terjemah makna-makna Al-Qur’an yang mulia. Maka, aku pun berterima kasih
kepadanya dan aku membawa terjemah itu pulang ke rumah. Dan ketika aku
membuka-buka terjemahan Al-Qur’an itu di rumah, maka surat yang pertama
aku buka ternyata Al-Qamar. Dan aku pun membacanya: “Telah dekat hari
qiamat dan bulan pun telah terbelah…….” Maka aku pun
bergumam: Apakah kalimat ini masuk akal?? Apakah mungkin bulan bisa
terbelah kemudian bersatu kembali?? Andai benar, kekuatan macam apa yang
bisa melakukan hal itu??? Maka, aku pun menghentikan dari membaca
ayat-ayat selanjutnya dan aku menyibukkan diri dengan urusan kehidupan
sehari-hari. Akan tetapi Allah-lah Yang Maha Tahu tentang tingkat
keikhlasan hamba-Nya dalam pencarian kebenaran.
Maka aku pun suatu hari duduk di depan televisi Inggris. Saat itu ada
sebuah diskusi hangat antara presenter seorang Inggris dan 3 orang pakar
ruang angkasa AS. Ketiga pakar antariksa tersebut pun menceritakan tentang
dana yang begitu besar dalam rangka melakukan perjalanan ke antariksa. Dan
diantara diskusi tersebut adalah tentang turunnya
astronot menjejakkan kakiknya di bulan, dimana perjalanan antariksa ke
bulan tersebut telah menghabiskan dana tidak kurang dari 100 juta
dollar. Mendengar hal itu, presenter terperangah kaget dan berkata,
“Kebodohan macam apalagi ini, dana begitu besar dibuang oleh AS hanya
untuk bisa mendarat di bulan?” Mereka pun menjawab, “Tidak, ..!!!
Tujuannya tidak semata menancapkan ilmu pengetahuan AS di bulan, akan
tetapi kami mempelajari kandungan yang ada di dalam bulan itu sendiri,
maka kami pun telah mendapat hakikat tentang bulan itu, yang jika kita
berikan dana lebih dari 100 juta dollar untuk kesenangan manusia, maka
kami tidak akan memberikan dana itu kepada siapapun. Maka presenter itu
pun bertanya, “Hakikat apa yang kalian telah capai sehingga demikian mahal
taruhannya?” Mereka menjawab, “Ternyata bulan pernah mengalami pembelahan
di suatu hari dahulu kala, kemudian menyatu kembali.!!!” Presenter pun
bertanya, “Bagaimana kalian bisa yakin akan hal itu?” Mereka menjawab,
“Kami mendapati secara pasti dari batuan-batuan yang terpisah terpotong di
permukaan bulan sampai di dalam (perut) bulan. Maka kami pun meminta para
pakar geologi untuk menelitinya, dan mereka mengatakan, “Hal ini tidak
mungkin telah terjadi kecuali jika memang bulan pernah terbelah lalu
bersatu kembali”.

Mendengar paparan itu, ketua Al-Hizb Al-Islamy Inggris mengatakan, “Maka
aku pun turun dari kursi dan berkata, “Mukjizat (kehebatan) benar-benar
telah terjadi pada diri Muhammad sallallahu alaihi wassallam 1400-an tahun
yang lalu. Allah benar-benar telah mengolok-olok AS untuk
mengeluarkan dana yang begitu besar, 100 juta dollar lebih, hanya untuk
menetapkan akan kebenaran muslimin !!!!”".
Maka, agama Islam ini tidak mungkin salah … (aku pun bergumam), “Maka,
aku pun membuka kembali Mushhaf Al-Qur’an dan aku baca surat Al-Qamar, dan
… saat itu adalah awal aku menerima dan masuk Islam.
(Diterjemahkan oleh: Abu Muhammad ibn Shadiq )

Kamis, 27 Mei 2010

Pasanganmu Adalah Tulang Rusukmu




DIMANA TULANG RUSUKKU?

Di suatu senja yang indah, di pesisir pantai dengan deburan ombak yang merdu, dan hembusan angin laut nan lembut. Adakah saat-saat yang lebih indah dari itu, bagi sepasang manusia yang sedang memadu kasih? Bara dan Dara duduk di penghujung senja itu. Berpuluh cerita lewat tanpa terasa, beratus kalimat mesra terucap. Dara pun memulai meminta kepastian. Ya, kepastian tentang cinta.

Dara : Siapa yang paling kamu cintai di dunia ini?
Bara : Pasti kamu dong?
Dara : Menurut kamu, aku ini siapa?
Bara : (Berpikir sejenak, lalu menatap Dara dengan pasti) Kamu tulang rusukku! Seperti cerita tentang Nabi Adam. Tuhan melihat bahwa Adam kesepian, saat Adam tidur, Tuhan mengambil rusuk dari Adam dan menciptakan Hawa.
Setelah menikah, Dara dan Bara mengalami masa yang indah dan manis untuk beberapa lama. Setelah itu, pasangan muda ini mulai tenggelam dalam kesibukan masing-masing dan kepenatan hidup yang kian mendera. Hidup mereka menjadi membosankan. Kenyataan hidup yang tidak selalu indah membuat mereka mulai melupakan impian dan cinta satu sama lain. Mereka mulai bertengkar dan pertengkaran semakin lama semakin memanas.
Pada suatu hari, pada akhir sebuah pertengkaran, Dara lari keluar rumah. Saat tiba di seberang jalan, dia berteriak, “Kamu tidak cinta lagi sama aku!” Bara sangat membenci ketidakdewasaan Dara dan secara spontan balik berteriak, “Betul, aku sudah tidak menyintai kamu! Aku menyesal kita menikah! Kamu ternyata bukan tulang rusukku!”
Mendengar teriakan Bara, tiba-tiba Dara menjadi terdiam, ia berdiri terpaku untuk beberapa saat. Matanya semakin basah oleh air mata. Dara menatap Bara, seakan tak percaya pada apa yang telah dia dengar.
Bara sempat menyesal akan apa yang sudah dia ucapkan. Tetapi seperti air yang telah tertumpah, ucapan itu tidak mungkin untuk diambil kembali ditambah dengan perasaan gengsi dan ego yang tinggi seorang laki-laki, Bara semakin mengeraskan wajahnya untuk menutupi perasaan hatinya yang sesungguhnya.
Dengan berlinang air mata, Dara berlari kembali ke rumah dan mengemasi barang-barangnya. Dara bertekad untuk berpisah. “Kalau aku bukan tulang rusukmu, biarkan aku pergi. Biarkan kita berpisah dan mencari pasangan sejati masing-masing.”
Lima tahun berlalu. Bara masih belum menikah lagi, tetapi sepanjang waktu, Bara selalu berusaha mencari tahu akan kehidupan Dara. Dara pernah ke kota lain, menikah namun akhirnya bercerai, dan kini Dara kembali ke kota semula tempat di mana Bara dan Dara pernah melewati masa-masa indah.
Dan Bara yang tahu semua informasi tentang Dara, merasa kecewa karena dia tak pernah diberi kesempatan untuk kembali, Dara tak pernah menunggunya. Dan di tengah malam yang sunyi dalam kesendiriannya, saat Bara menyeruput kopinya, ia merasakan ada yang sakit di dadanya sakit karena ternyata ia tidak dapat menemukan pengganti tulang rusuknya. Tapi Bara tidak sanggup mengakui bahwa dia merindukan Dara.
Suatu hari, tanpa sengaja mereka akhirnya kembali bertemu, di airport, di tempat ketika banyak terjadi pertemuan dan perpisahan. Mereka dipisahkan hanya oleh sebuah dinding pembatas, mata mereka beradu pandang keduanya seperti saling tak mau lepas.

Bara : Apa kabar?
Dara : Baik… mmm.., apakah kamu sudah menemukan tulang rusukmu yang hilang?
Bara : Belum....
Dara : Aku berangkat dengan penerbangan berikut.
Bara : Oh, ya. Sekembalinya kamu ke kota ini, telpon aku kalau kamu sempat. Kamu masih hapal kan nomor teleponku? Belum ada yang berubah.Tidak akan ada yang berubah.
Dara tersenyum manis sembari memandangi Bara, lalu berlalu dengan gerakan enggan.
“Good bye….”

Seminggu kemudian, Bara mendapat berita Dara meninggal karena mengalami kecelakaan. Malam itu, sekali lagi, Bara menyeruput kopinya dan kembali merasakan sakit di dadanya. Akhirnya dia semakin sadar bahwa sakit itu adalah karena Dara, tulang rusuk miliknya sendiri, yang telah dengan bodohnya dia patahkan.

Kamis, 29 April 2010

Sejarah Kerajaan Sambas


Sejarah tentang asal usul kerajaan Sambas tidak bisa terlepas dari Kerajaan di Brunei Darussalam. Antara kedua kerajaan ini mempunyai kaitan persaudaraan yang sangat erat. Pada jaman dahulu, di Negeri Brunei Darussalam, bertahtalah seorang raja yang bergelar Sri Paduka Sultan Muhammad. Setelah beliau wafat, tahta kerajaan diserahkan kepada anak cucunya secara turun temurun. Sampailah pada keturunan yang kesebelas yaitu Sultan Abdul Djalilul Akbar (1598-1659). 


Beliau mempunyai putra yang bernama Sultan Raja Tengah. Sultan Raja Tengah inilah yang telah datang ke Kerajaan Tanjungpura (Sukadana). Karena perilaku dan tata kramanya sesuai dengan keadaan sekitarnya, beliau disegani bahkan raja dari kerajaan Tanjungpura rela mengawinkan dengan anaknya bernama Ratu Surya. Dari perkawinan ini terlahirlah Raden Sulaiman. Saat itu di Sambas memerintah seorang ratu keturunan Majapahit (Hinduisme) bernama Ratu Sepudak dengan pusat pemerintahannya di Kota Lama kecamatan Telok keramat sekitar 36 Km dari kota Sambas. Baginda Ratu Sepudak dikaruniai dua orang putri, yang sulung dikawinkan dengan kemenakan Ratu Sepudak bernama Raden Prabu Kencana dan ditetapkan menjadi penggantinya. Ketika Ratu Sepudak memerintah, tibalah Sultan Raja Tengah beserta rombongannya di Sambas. Kemudian banyak rakyat menjadi pengikutnya dan memeluk agama Islam. Tak berapa lama, Ratu Sepudak wafat. Menantunya Raden Prabu Kencana naik tahta dan memerintah dengan gelar Ratu Anom Kesuma Yuda. Pada peristiwa bersamaan putri kedua Ratu Sepudak yang bernama Mas Ayu Bungsu kawin dengan Raden Sulaiman (Putera sulung Raja Tengah). Perkawinan ini dikaruniai seorang putera bernama Raden Boma. Dalam pemerintahan Ratu Anom Kesuma Yuda, diangkatlah pembantu-pembantu Administrasi kerajaan. Adik kandungnya bernama Pangeran Mangkurat ditunjuk sebagai Wazir Utama. Bertugas khusus mengurus perbendaharaan raja, terkadang juga mewakili raja. Raden Sulaiman ditunjuk menjadi Wazir kedua yang khusus mengurus dalam dan luar negeri dan dibantu menteri-menteri dan petinggi lainnya. Rakyat lebih menghargai Raden Sulaiman daripada Pangeran Mangkurat, hingga menimbulkan rasa iri dihati Pangeran Mangkurat. suatu ketika 'tangan kanan' Raden Sulaiman bernama Kyai Satia Bakti dibunuh pengikut Pangeran Mangkurat. setelah dilaporkan kepada raja, ternyata tak ada tindakan positif, suasana makin keruh. Raden Sulaiaman mengambil kebijaksanaan meninggalkan pusat kerajaan, menuju daerah baru dan mendirikan sebuah kota dengan nama Kota Bangun. Jumlah pengikutnya pun makin banyak. Hal ini menggerakkan Petinggi Nagur, Bantilan dan Segerunding mengusulkan untuk berunding dengan Ratu Anom Kesuma Yuda. Hasil mufakat kerajaan memerintahkan keduanya meninggalkan Kota Lama. Raden Sulaiman menuju Kota Bandir dan Ratu Anom Kesuma Yuda berangkat menuju Sungai Selakau. Kemudian agak ke hulu dan mendirikan kota dengan ibukota pemerintahannya diberi nama Kota Balai Pinang.
Meninggalnya Ratu Anom Kesuma Yuda dan Pangeran Mangkurat, putera Ratu Anom yang bernama Raden Bekut diangkat menjadi raja dengan gelar Panembahan Kota Balai. Beliau beristrikan Mas Ayu Krontiko, puteri Pangeran Mangkurat. Raden Mas Dungun putera raden Bekut adalah Panembahan terakhir Kota Balai. Kerajaan ini berakhir karena utusan Raden Sulaiman menjemput mereka kembali ke Sambas. Kurang lebih 3 tahun kemudian berdiam di Kota Bandir, atas hasil mufakat, berpindahlah mereka dan mendirikan pusat pemerintahannya di Lubuk Madung, pada persimpangan tiga sungai : sungai Sambas Kecil, Sungai Subah dan Sungai Teberau. Kota ini juga disebut orang " Muara Ulakan". Kemudian keraton kerajaan dibangun dan hingga kini masih berdiri megah.
Di tempat inilah Raden sulaiman dinobatkan menjadi Sultan Pertama di kerajaan Sambas dengan gelar Sultan Muhammad Syafeiuddin I (lihat foto di halaman muka). Saudara-saudaranya, Raden Badaruddin digelar Pangeran Bendahara Sri Maharaja dan Raden Abdul Wahab di gelar Pangeran Tumenggung Jaya Kesuma. Raden Bima (anak Raden Sulaiman) ke Sukadana dan kawin dengan puteri raja Tanjungpura bernama Puteri Indra Kesuma (adik bungsu Sultan Zainuddin) dan dikaruniai seorang putera diberi nama Raden Meliau, nama yang terambil dari nama sungai di Sukadana. Setahun kemudian mereka pamit ke hadapan Sultan Zaiuddin untuk pulang ke Sambas, oleh Raden Sulaiman dititahkan berangkat ke Negeri Brunai untuk menemui kaum keluarga. Sekembalinya dari Brunai, Raden Bima dinobatkan menjadi Sultan dengan gelar Sultan Muhammad Tadjuddin. Bersamaan dengan itu, Raden Akhmad putera Raden Abdu Wahab dilantik menjadi Pangeran Bendahara Sri Maharaja. Wafatnya Sultan Muhammad Tadjuddin, pemerintahan dilanjutkan Puteranya Raden Meliau dengan gelar Sultan Umar Akamuddin I. Berkat bantuan permaisurinya bernama Utin Kemala bergelar Ratu Adil, pemerintahan berjalan lancar dan adil. Inilah sebabnya dalam sejarah Sambas terkenal dengan sebutan Marhum Adil, Utin Kemala adalah puteri dari Pangeran Dipa (seorang bangsawan kerajaan Landak) dengan Raden Ratna Dewi (puteri Sultan Muhammad Syafeiuddin I).
Ketika Sultan Umar Akamuddin I wafat, puteranya Raden Bungsu naik tahta dengan gelar Sultan Abubakar Kamaluddin. Kemudian diganti oleh Abubakar Tadjuddin I. Berganti pula dengan Raden Pasu yang lebih terkenal dengan nama Pangeran Anom. Setelah naik tahta beliau bergelar Sultan Muhammad Ali Syafeiuddin I. Sebagai wakilnya diangkatlah Sultan Usman Kamaluddin dan Sultan Umar Akamuddin III. Pangeran Anom dicatat sebagai tokoh yang sukar dicari tandingannya, penumpas perampok lanun. Setelah memerintah kira-kira 13 tahun (1828), Sultan Muhammad Ali Syafeiuddin I wafat. Puteranya Raden Ishak (Pangeran Ratu Nata Kesuma)baru berumur 6 tahun. Karena itu roda pemerintahan diwakilikan kepada Sultan Usman Kamaluddin.
Tanggal 11 Juli 1831, Sultan Usman Kamaluddin wafat, tahta kerajaan dilimpahkan kepada Sultan Umar Akamuddin III. Tanggal 5 Desember 1845 Sultan Umar Akamuddin III wafat, maka diangkatlah Putera Mahkota Raden Ishak dengan gelar Sultan Abu Bakar Tadjuddin II. Tanggal 17 Januari 1848 putera sulung beliau yang bernama Syafeiuddin ditetapkan sebagai putera Mahkota dengan gelar Pangeran Adipati. Tahun 1855 Sultan Abubakar Tadjuddin II diasingkan ke Jawa oleh pemerintah Belanda (Kembali ke Sambas tahun 1879). Maka sebagai wakil ditunjuklah Raden Toko' (Pangeran Ratu Mangkunegara) dengan gelar Sultan Umar Kamaluddin. Pada tahun itu juga atas perintah Belanda, Pangeran Adipati diberangkatkan ke Jawa untuk study. Tahun 1861 Pangeran Adipati pulang ke Sambas dan diangkat menjadi Sultan Muda. Baru pada tanggal 16 Agustus 1866 beliau diangkat menjadi Sultan dengan gelar sultan Muhammad Syafeiuddin II. Beliau mempunyai dua orang istri. Dari istri pertama (Ratu Anom Kesumaningrat) dikaruniai seorang putera bernama Raden Ahmad dan diangkat sebagai putera Mahkota. Dari istri kedua (Encik Nana) dikaruniai juga seorang putera bernama Muhammad Aryadiningrat. Sebelum manjabat sebagai raja, Putera Mahkota Raden Ahmad wafat mendahului ayahnya. Sebagai penggantinya ditunjuklah anaknya yaitu Muhammad Mulia Ibrahim. Pada saat Raden Ahmad wafat, Sultan Muhammad Syafeiuddin II telah berkuasa selama 56 tahun. Beliau merasa sudah lanjut usia, maka dinobatkan Raden Muhammad Aryadiningrat sebagai wakil raja dengan gelar Sultan Muhammad Ali Syafeiuddin II.


Setelah memerintah kira-kira 4 tahun, beliau wafat. Roda pemerintahan diserahkan kepada Sultan Muhammad Mulia Ibrahim. Dan pada masa pemerintahan raja inilah, bangsa Jepang datang ke Sambas. Sultan Muhammad Mulia Ibrahim adalah salah seorang yang menjadi korban keganasan Jepang. Sejak saat itu berakhir pulalah kekuasaan Kerajaan Sambas. Sedangkan benda peninggalan Kerajaan Sambas yang masih tersisa antara lain tempat tidur raja, kaca hias, seperangkat alat untuk makan sirih, pakaian kebesaran raja, payung ubur-ubur, tombak canggah, meriam lele, 2 buah tempayan keramik dari negeri Cina dan kaca kristal dari negeri Belanda.
---------------habis-------------

Rabu, 28 April 2010

Tidak Perlu Marah



Manusia tidak boleh menyalahkan takdir sebagai alasan untuk tidak beribadah dan berusaha. Seorang tidak boleh berkata, ”Jika aku telah ditakdirkan baik dan beriman, mengapa aku harus bersusah payah beribadah dan beramal saleh? Bukankah sudah pasti aku akan masuk Surga?” Seorang juga tidak sepantasnya berkata, ”Jika aku telah ditakdirkan menjadi kafir, apakah manfaatnya jika aku berusaha menjadi mukmin? Bukankah yang kulakukan akan sia-sia, karena takdir telah menetapkan bahwa aku akan masuk neraka?”Kata-kata seperti itu jelas keliru dan tidak boleh diucapkan. Tidak sewajarnya kita mengatakan,”Jika nasibku telah ditentukan dan ditetapkan sejak lahir, apa untung dan ruginya bila aku bekerja keras dan beribadah sekarang ini?”Contoh yang paling baik untuk kita renungkan adalah cerita Nabi Adam as. dengan Iblis la’natullah. Iblis menyalahkan takdir yang menyebabkannya durhaka kepada Allah. Kemudian ia menjadi kafir dan dikeluarkan dari rahmat Allah dan diusir dari sisi-Nya. Nabi Adam as pun mengakui kesalahannya. Beliau menganggap kesalahan itu adalah tanggung jawabnya sendiri. Kemudian ia memohon ampun kepada Allah swt. Maka beliau mendapat rahmat dan ampunan Allah swt.Jangan kita mengorek qadha dan qadar Allah.

Nabi Uzayr pernah mempersoalkan asal usul kejadian makhluk, kemudian mematikannya dan menghidupkannya kembali. Maka Allah swt kemudian mematikannya selama seratus tahun. Kemudian Dia menghidupkannya kembali seperti sebelum hidup di dunia dan sekali lagi mematikannya. Semua dilakukan agar menjadi i’tibar bagi manusia.Apabila di dunia ini kita menemukan orang-orang yang berbuat dosa, seperti mencaci Allah, munafik, menyekutukan Allah, mempermainkan hukum-hukum Allah, merendahkan kalam Allah, dan sebagainya yang secara zahir jahat dan keji, janganlah semua itu membuat iman kita goyah atau lemah. Itu adalah semua ujian dari Allah untuk kesabaran kita dan pelajaran dari Allah tentang orang-orang yang disesatkan Allah. Sebaiknya kita mendoakan semoga Allah memberi taufiq dan hidayah kepada orang tersebut. Insya Allah kita akan terhindar dari sifat dan perbuat tercela seperti yang dilakukan orang tersebut, karena Rasululllah saw pernah bersabda : ”Doa seorang muslim untuk saudaranya sesama muslim dari kejauhan tanpa diketahui olehnya akan dikabulkan. Di atas kepalanya ada malaikat yang telah diutus, dan setiap kali ia berdoa untuk kebaikan, maka malaikat yang diutus tersebut akan mengucapkan amin dan kamu juga akan mendapat seperti itu.” (HR Muslim).Ketahuilah bahwa semua kebaikan yang kita perbuat bukan berasal ’dari’ kita sendiri, tetapi sebenarnya hanya ’melalui’ diri kita.

Tegasnya, tanpa taqdir Tuhan tidak ada yang dapat kita perbuat. Jadi, takdir atas pekerjaan dan kejayaan kita datangnya dari Allah. Apabilah kita bersalah, kesalahan itu adalah hak atau milik kita agar kita mengenal arti bertaubat. Kesalahan itu datang dari angan-angan dan niat yang wajar dari ego kita. Jika kita memahami hal ini dan mengikuti petunjuk-Nya, kita termasuk dalam golongan manusia yang di Firmankan Allah :”Dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiayai diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun atas dosa-dosanya, dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa itu selain Allah? Dan mereka tidak melanjutkan perbuatan keji itu. Sedangkan mereka mengetahui.” (Ali ’Imran : 135).Dalam Kitab Al-Hikam karangan Syeikh Ibn Athoillah tertulis : ”Keinginanmu untuk lepas dari urusan duniawi, padahal Allah membekalimu dengan sarana penghidupan, adalah syahwat yang samar. Sedangkan keinginanmu untuk mendapatkan sarana penghidupan, padahal Allah telah melepaskanmu dari urusan duniawi, adalah suatu kemunduran dari cita-cita luhur”. Disini kita diajarkan agar ridha atas peran yang telah Allah takdirkan kepada kita. Orang yang ditakdirkan Allah menjadi karyawan jadilah karyawan yang baik, yang menjadi petani jadilah petani yang baik, yang menjadi aparatur negara jadilah aparatur negara yang bertanggung jawab dan adil, yang menjadi pengusaha jadilah pengusaha yang jujur dan dapat menafkahkan hartanya di jalan Allah, yang jadi ulama jadilah ulama yang dapat menyinari dan menuntun umat dari kegelapan kepada jalan yang terang. Jika kita tidak ridha dan berpanjang angan-angan terhadap peran lain dari yang telah Allah tetapkan berarti kita telah memperturutkan syahwat yang samar. Yang harus dilakukan adalah bersungguh-sungguh memfokuskan niat, perhatian dan perjuangan pada Allah, yang ada di balik semua wujud dan kejadian. Sehingga apapun yang kita lakukan menjadi lahan ibadah kepada Allah dan segala potensi yang ada kita sujudkan untuk menyembah Allah.Syeikh Ibn Athailah dalam Al Hikam mengatakan “Salah satu tanda bergantung pada amal adalah berkurangnya harapan tatkala gagal”. Jika kita berasumsi bahwa sumber kekuatan di balik usaha-usaha kita adalah diri kita sendiri, kita akan kecewa kala hasilnya tak sesuai dengan harapan-harapan kita. Tetapi, kalau kita benar-benar berserah diri kepada Allah, maka kita akan melihatnya satu asal dan penyebab dibalik usaha, peranan pribadi kita dalam melaksanakannya dan juga hasilnya. Kegagalan kemudian hanya akan kita anggap sebagai peringatan untuk memperkuat kesadaran pada kehendak, rahmat, dan kemurahan Allah.

Di mata orang yang tercerahkan, terdapat kesatuan total dalam usaha dan hasil. Kalau kita sudah mempunyai keyakinan seperti tersebut, insya Allah kita tak akan sombong dan angkuh jika berhasil dalam kehidupan dunia dan berputus asa jika gagal dalam kehidupan ini.Syeikh Ibn Athailah lebih lanjut mengatakan : “Ketika Allah membukakan pintu pengertian bagimu tentang penolakan-Nya, maka penolakan itu pun berubah menjadi pemberian”. Maksudnya, kita menyaksikan ke-Mahakuasaan- Nya ketika diberi nikmat dan melihat Keindahan dan Kelembutan-Nya ketika diberi nikmat. Yang penting adalah penyaksian, bukan keadaannya. Yang diinginkan oleh orang yang mendapatkan nur ilahi bukan keduanya, karena fokus perhatiannya adalah pada Sumber seluruh wujud, Pencipta seluruh makhluk, yang Kemurahan-Nya melampaui apa yang tampak sebagai kesempitan atau kelapangan, karena Kemurahannya ada dalam setiap waktu dan keadaan.”Ketika Allah memberimu, Dia memperlihatkan kepadamu belas kasih-Nya. Ketika Dia menolak memberimu, maka Dia memperlihatkan kepadamu kekuasaan-Nya. Dan dalam semua itu, Dia memperkenalkan diri kepadamu dan menghadapmu dengan kelembutan-Nya.”Janganlah kita membanggakan zikir, sholat, shodaqoh, zakat, haji dan amaliah lainnya, karena itu semua adalah pertolongan Allah, bersyukurlah kepada-Nya karena banyak yang mempunyai kemampun fisikal, harta dan waktu tidak diberikan pertolongan oleh Allah untuk melakukan perbuatan baik tersebut.

Janganlan bangga jika dipuji orang, karena sesungguhnya Kasih Allah telah menutupi aib kita sehingga orang hanya melihat kebaikan kita tanpa melihat aib kita.Janganlah marah ketika dihina orang, karena itu adalah pertolongan Allah agar kita memperbaiki kesalahan kita atau memperbaiki kekurangan amaliah kita dan agar kita menjadi orang yang lebih sabar. Sebagai pribadi janganlah kita mencemooh dan menganiaya orang yang berbuat dosa, melainkan serahkan kepada hukum yang berlaku untuk tegaknya ketertiban dalam masyarakat. Berilah nasihat dengan bijaksana kepada orang-orang yang tingkatannya dibawah kita. Janganlah memberi nasihat dengan ilmu, tetapi lakukanlah dengan kasih sayang, agar hatinya tidak liar.

Kepada orang yang sebaya atau setingkat sampaikan kebenaran dari Allah dengan ilmu yang tidak menggurui. Kepada orang yang lebih tinggi dari kita sampaikan kebenaran dari Allah dengan tetap memelihara kerhormatannya.Ada baiknya kita ambil pelajaran dari dialog Nabi Adam dengan Nabi Musa, dalam hadist Rasulullah SAW:Dari Abu Hurairah RA, dia berkata, ”Rasulullah SAW telah bersabda, ” Adam dan Musa alaihima salam tengah berdebat di sisi Allah. Namun akhirnya Adam dapat mengalahkan Musa alaihi salam.”Musa berkata,”Kamulah Adam yang telah diciptakan Allah dengan kekuasaan-Nya. Kemudian Allah menghembuskan ruh-Nya ke dalam dirimu. Setelah itu, Allah memerintahkan semua malaikat-Nya untuk bersujud kepadamu dan Dia menempatkanmu di dalam surga-Nya, tetapi kemudian kamu membuat manusia turun ke bumi karena kesalahanmu.”Adam menjawab,”Kamulah Musa yang telah dipilih Allah dengan risalah dan firman-Nya. Allah juga telah memberimu beberapa lembaran yang berisi penjelasan tentang segala sesuatu dan mendekatkanmu untuk menerima firman-Nya. Berapa tahunkah Allah telah menulis kitab Taurat sebelum aku diciptakan?” Musa Mejawab,”Empat puluh tahun,”Adam bertanya lagi,”Apakah kamu dapatkan, di dalam kitab taurat, ayat yang berbunyi:’... ...dan durhakalah Adam kepada Tuhannya serta sesatlah ia.’(Qs. Thaahaa (20): 121)”Musa menjawab,” Ya,”Adam bertanya lagi,”Mengapa kamu mencelaku karena suatu perbuatan yang telah ditetapkan Allah azza wa Jalla empat puluh tahun sebelum Allah menciptakanku?”Rasulullah SAW bersabda,”Akhirnya Adam dapat memberikan jawaban kepada Musa,” (HR. Muslim)Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari dialog Nabi Adam dan Nabi Musa tersebut, agar kita tidak mencela orang yang berbuat dosa. Kita harus bersikap egaliter terhadap semua hamba Allah.

Di dalam hati nurani orang yang menapaki tarekat, Mahabbah dan Ma’rifat tidak sepantasnya memiliki kebencian dan kesombongan di dalam hatinya, karena kesombongan hanya pantas dimiliki oleh Allah. Karena kesombonganlah, Iblis dilaknat Allah...

Selasa, 27 April 2010

Golden Ratio


BUKTI NYATA ADANYA TUHAN

Yang pernah belajar Matematika, pastinya pernah mendengar nama Fibonacci (Leonardo Pisano Fibonacci. Pisa, Italy. 1170 - 1250 ). Dia adalah seorang ahli matematika yang hidup pada abad pertengahan di Aljazair. Semasa kecilnya pernah berguru kepada seorang ahli matematika Muslim, hingga akhirnya Fibonacci membawa ilmu Golden Ratio yang mengguncangkan Eropa dan dunia.

Golden Ratio benar-benar terobosan ilmu pengetahuan yang mencengangkan.

Golden ratio diperoleh dari pembagian satu angka dalam deret Fibonacci dengan angka sebelumnya. Angka Fibonacci memiliki satu sifat menarik. Jika kita membagi satu angka dalam deret tersebut dengan angka sebelumnya, akan didapat sebuah angka hasil pembagian yang besarnya sangat mendekati satu sama lain. Besar hasil pembagiannya mendekati satu sama lain dan bernilai tetap setelah angka ke 13 dalam deret tersebut. Sedangkan deret Fibonacci itu sendiri adalah deret yang terbentuk dengan masing-masing angka dalam deret tersebut merupakan hasil penjumlahan dari dua angka sebelumnya.
Bentuk dari deret Fibonacci itu adalah : 0, 1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, 34, 55, 89, 144, 233, 377…
Sedangkan hasil pembagiannya, bernilai sama setelah angka ke-13 :
233/144 = 1,618
377/233 = 1,618
610/377 = 1,618
987/610 = 1,618..dst

Nilai 1,618 inilah yang dikemudian dikenal dengan Golden Ratio dan kemudian dilambangkan dengan φ (Phi, dan jangan sampai keliru dengan pi=3.14..).


Phi Konstan-1,618, jumlah Nilai unggulan matematika. Allah – Sang Pencipta selalu menggunakan nomor yang sama dalam berbagai peristiwa di alam semesta, dalam pulse hati kita, rasio aspek spiral DNA, di desain khusus yang disebut alam semesta dodecehadron, dalam aturan array daun tanaman yang disebut phylotaxy, dalam bentuk serpihan salju, kristal, dalam struktur spiral banyak galaksi. Sang Pencipta menggunakan nilai yang sama, Golden Ratio – 1,618 ….

Kota Mekkah adalah Golden Ratio Points Dunia?
Proporsi jarak antara Mekah – Kutub Utara dengan jarak antara Mekah – Kutub Selatan adalah persis 1,618 yang merupakan Golden Ratio. Selain itu, proporsi jarak antara Kutub Selatan dan Mekah dengan jarak antara kedua kutub adalah lagi 1,618 unit.
Keajaiban belum selesai The Golden Ratio Point of the World adalah di kota Mekkah menurut peta lintang dan bujur yang merupakan penentu umum manusia untuk lokasi.

Proporsi jarak Timur – Barat Mekah adalah 1,618 unit. Selain itu, proporsi jarak dari Mekah ke garis titik balik matahari dari sisi barat dan perimeter garis lintang dunia pada saat itu juga mengejutkan sama dengan Golden Ratio – 1,618 unit. The Golden Ratio Point of the World selalu dalam batas kota Mekkah, di dalam Daerah Suci yang meliputi Ka’bah menurut semua sistem pemetaan kilometrical meskipun variasi kecil dalam perkiraan mereka.

Golden Ratio – Pada Al Qur’an
Hubungan antara Kota Mekah dan Golden Ratio jelas terukir dalam Surah Ali Imran’s (bagian dari Al Qur’an) ayat 96. Jumlah total semua huruf dari ayat ini adalah 47. Menghitung Golden Ratio dari total surat, kata Mekkah tersirat : 47/1.618 = 29,0. Terdapat 29 surat-surat dari awal sampai ayat kata, Makkah seperti dalam peta dunia. Jika hanya satu kata atau huruf yang hilang, rasio ini tidak pernah bisa dipakai.

Dengan tanpa batas, kita telah melakukan proses yang sama yang kita laksanakan pada peta dunia dan menyaksikan koherensi mulia sejumlah surat yang mengungkapkan hubungan antara Mekah dan Golden Ratio.

Semua bukti ini menunjukkan bahwa antara Sang Pencipta Dunia dan matematika adalah Satu dan Tunggal yaitu Allah SWT, yang tak dapat dijelaskan dan kekuatan besar yang telah menciptakan Ka’bah, kota suci dan Al Qur’an. Ini mengingatkan seluruh umat manusia bahwa dia telah memberikan tanda-tanda untuk seluruh umat manusia atas dasar ramalannya tentang masa depan dan bahasa umum manusia. 




Penemuan mengenai hubungan antara Golden Ratio, Mekkah, Ka’bah dan Qur’an telah meningkat dari hari ke hari. Pada gambar, itu menunjukkan bahwa pengukuran dengan rasio emas kompas yang juga dikenal sebagai Leonardo kompas, membuktikan bahwa kota Mekah terletak di Golden Ratio Point of Saudi sementara Ka’bah terletak di Mekah Golden Ratio City. Menurut perhitungan probabilitas, semua bukti ini tidak dapat insidentil (terjadi Secara Kebetulan).

Menurut Harun Yahya, angka emas bukanlah hasil dari imajinasi matematis, akan tetapi merupakan kaidah alam yang terkait dengan hukum keseimbangan. Dalam hal ini ayat al Quran menyatakan : " sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itu pun dalam keadaan payah.
(QS. Al Mulk, 67: 3-4)
Dalam novel The Da Vinci Code, Brown memberikan sejumlah contoh Golden Ration dalam tubuh kita. Ilustrasinya dapat dilihat pada gambar berikut ini.






jika antara pusar dan telapak kaki dianggap berjarak 1 unit, maka tinggi seorang manusia setara dengan 1,618 unit.





  • Jarak antara ujung jari dan siku / jarak antara pergelangan tangan dan siku,
  • Jarak antara garis bahu dan unjung atas kepala / panjang kepala,
  • Jarak antara pusar dan ujung atas kepala / jarak antara garis bahu dan ujung atas kepala,
  • Jarak antara pusar dan lutut / jarak antara lutut dan telapak kaki

  • Selain gambar diatas, sejumlah gambar ilustrasi dibawah ini juga memberikan satu petunjuk bagaimana sesungguhnya dalam tubuh kita terdapat banyak sekali kesesuaian penerapan golden ratio.



    Panjang wajah / lebar wajah,



  • Jarak antara bibir dan titik di mana kedua alis mata bertemu / panjang hidung,
  • Panjang wajah / jarak antara ujung rahang dan titik di mana kedua alis mata bertemu,
  • Panjang mulut / lebar hidung,
  • Lebar hidung / jarak antara kedua lubang hidung,
  • Jarak antara kedua pupil / jarak antara kedua alis mata.

  • Tidak hanya pada tubuh manusia, fenomena Golden Ratio juga nampak pada bangunan, musik, binatang, lukisan. Berikut ini sebagian contoh penerapan golden ratio.