Kamis, 29 April 2010

Sejarah Kerajaan Sambas


Sejarah tentang asal usul kerajaan Sambas tidak bisa terlepas dari Kerajaan di Brunei Darussalam. Antara kedua kerajaan ini mempunyai kaitan persaudaraan yang sangat erat. Pada jaman dahulu, di Negeri Brunei Darussalam, bertahtalah seorang raja yang bergelar Sri Paduka Sultan Muhammad. Setelah beliau wafat, tahta kerajaan diserahkan kepada anak cucunya secara turun temurun. Sampailah pada keturunan yang kesebelas yaitu Sultan Abdul Djalilul Akbar (1598-1659). 


Beliau mempunyai putra yang bernama Sultan Raja Tengah. Sultan Raja Tengah inilah yang telah datang ke Kerajaan Tanjungpura (Sukadana). Karena perilaku dan tata kramanya sesuai dengan keadaan sekitarnya, beliau disegani bahkan raja dari kerajaan Tanjungpura rela mengawinkan dengan anaknya bernama Ratu Surya. Dari perkawinan ini terlahirlah Raden Sulaiman. Saat itu di Sambas memerintah seorang ratu keturunan Majapahit (Hinduisme) bernama Ratu Sepudak dengan pusat pemerintahannya di Kota Lama kecamatan Telok keramat sekitar 36 Km dari kota Sambas. Baginda Ratu Sepudak dikaruniai dua orang putri, yang sulung dikawinkan dengan kemenakan Ratu Sepudak bernama Raden Prabu Kencana dan ditetapkan menjadi penggantinya. Ketika Ratu Sepudak memerintah, tibalah Sultan Raja Tengah beserta rombongannya di Sambas. Kemudian banyak rakyat menjadi pengikutnya dan memeluk agama Islam. Tak berapa lama, Ratu Sepudak wafat. Menantunya Raden Prabu Kencana naik tahta dan memerintah dengan gelar Ratu Anom Kesuma Yuda. Pada peristiwa bersamaan putri kedua Ratu Sepudak yang bernama Mas Ayu Bungsu kawin dengan Raden Sulaiman (Putera sulung Raja Tengah). Perkawinan ini dikaruniai seorang putera bernama Raden Boma. Dalam pemerintahan Ratu Anom Kesuma Yuda, diangkatlah pembantu-pembantu Administrasi kerajaan. Adik kandungnya bernama Pangeran Mangkurat ditunjuk sebagai Wazir Utama. Bertugas khusus mengurus perbendaharaan raja, terkadang juga mewakili raja. Raden Sulaiman ditunjuk menjadi Wazir kedua yang khusus mengurus dalam dan luar negeri dan dibantu menteri-menteri dan petinggi lainnya. Rakyat lebih menghargai Raden Sulaiman daripada Pangeran Mangkurat, hingga menimbulkan rasa iri dihati Pangeran Mangkurat. suatu ketika 'tangan kanan' Raden Sulaiman bernama Kyai Satia Bakti dibunuh pengikut Pangeran Mangkurat. setelah dilaporkan kepada raja, ternyata tak ada tindakan positif, suasana makin keruh. Raden Sulaiaman mengambil kebijaksanaan meninggalkan pusat kerajaan, menuju daerah baru dan mendirikan sebuah kota dengan nama Kota Bangun. Jumlah pengikutnya pun makin banyak. Hal ini menggerakkan Petinggi Nagur, Bantilan dan Segerunding mengusulkan untuk berunding dengan Ratu Anom Kesuma Yuda. Hasil mufakat kerajaan memerintahkan keduanya meninggalkan Kota Lama. Raden Sulaiman menuju Kota Bandir dan Ratu Anom Kesuma Yuda berangkat menuju Sungai Selakau. Kemudian agak ke hulu dan mendirikan kota dengan ibukota pemerintahannya diberi nama Kota Balai Pinang.
Meninggalnya Ratu Anom Kesuma Yuda dan Pangeran Mangkurat, putera Ratu Anom yang bernama Raden Bekut diangkat menjadi raja dengan gelar Panembahan Kota Balai. Beliau beristrikan Mas Ayu Krontiko, puteri Pangeran Mangkurat. Raden Mas Dungun putera raden Bekut adalah Panembahan terakhir Kota Balai. Kerajaan ini berakhir karena utusan Raden Sulaiman menjemput mereka kembali ke Sambas. Kurang lebih 3 tahun kemudian berdiam di Kota Bandir, atas hasil mufakat, berpindahlah mereka dan mendirikan pusat pemerintahannya di Lubuk Madung, pada persimpangan tiga sungai : sungai Sambas Kecil, Sungai Subah dan Sungai Teberau. Kota ini juga disebut orang " Muara Ulakan". Kemudian keraton kerajaan dibangun dan hingga kini masih berdiri megah.
Di tempat inilah Raden sulaiman dinobatkan menjadi Sultan Pertama di kerajaan Sambas dengan gelar Sultan Muhammad Syafeiuddin I (lihat foto di halaman muka). Saudara-saudaranya, Raden Badaruddin digelar Pangeran Bendahara Sri Maharaja dan Raden Abdul Wahab di gelar Pangeran Tumenggung Jaya Kesuma. Raden Bima (anak Raden Sulaiman) ke Sukadana dan kawin dengan puteri raja Tanjungpura bernama Puteri Indra Kesuma (adik bungsu Sultan Zainuddin) dan dikaruniai seorang putera diberi nama Raden Meliau, nama yang terambil dari nama sungai di Sukadana. Setahun kemudian mereka pamit ke hadapan Sultan Zaiuddin untuk pulang ke Sambas, oleh Raden Sulaiman dititahkan berangkat ke Negeri Brunai untuk menemui kaum keluarga. Sekembalinya dari Brunai, Raden Bima dinobatkan menjadi Sultan dengan gelar Sultan Muhammad Tadjuddin. Bersamaan dengan itu, Raden Akhmad putera Raden Abdu Wahab dilantik menjadi Pangeran Bendahara Sri Maharaja. Wafatnya Sultan Muhammad Tadjuddin, pemerintahan dilanjutkan Puteranya Raden Meliau dengan gelar Sultan Umar Akamuddin I. Berkat bantuan permaisurinya bernama Utin Kemala bergelar Ratu Adil, pemerintahan berjalan lancar dan adil. Inilah sebabnya dalam sejarah Sambas terkenal dengan sebutan Marhum Adil, Utin Kemala adalah puteri dari Pangeran Dipa (seorang bangsawan kerajaan Landak) dengan Raden Ratna Dewi (puteri Sultan Muhammad Syafeiuddin I).
Ketika Sultan Umar Akamuddin I wafat, puteranya Raden Bungsu naik tahta dengan gelar Sultan Abubakar Kamaluddin. Kemudian diganti oleh Abubakar Tadjuddin I. Berganti pula dengan Raden Pasu yang lebih terkenal dengan nama Pangeran Anom. Setelah naik tahta beliau bergelar Sultan Muhammad Ali Syafeiuddin I. Sebagai wakilnya diangkatlah Sultan Usman Kamaluddin dan Sultan Umar Akamuddin III. Pangeran Anom dicatat sebagai tokoh yang sukar dicari tandingannya, penumpas perampok lanun. Setelah memerintah kira-kira 13 tahun (1828), Sultan Muhammad Ali Syafeiuddin I wafat. Puteranya Raden Ishak (Pangeran Ratu Nata Kesuma)baru berumur 6 tahun. Karena itu roda pemerintahan diwakilikan kepada Sultan Usman Kamaluddin.
Tanggal 11 Juli 1831, Sultan Usman Kamaluddin wafat, tahta kerajaan dilimpahkan kepada Sultan Umar Akamuddin III. Tanggal 5 Desember 1845 Sultan Umar Akamuddin III wafat, maka diangkatlah Putera Mahkota Raden Ishak dengan gelar Sultan Abu Bakar Tadjuddin II. Tanggal 17 Januari 1848 putera sulung beliau yang bernama Syafeiuddin ditetapkan sebagai putera Mahkota dengan gelar Pangeran Adipati. Tahun 1855 Sultan Abubakar Tadjuddin II diasingkan ke Jawa oleh pemerintah Belanda (Kembali ke Sambas tahun 1879). Maka sebagai wakil ditunjuklah Raden Toko' (Pangeran Ratu Mangkunegara) dengan gelar Sultan Umar Kamaluddin. Pada tahun itu juga atas perintah Belanda, Pangeran Adipati diberangkatkan ke Jawa untuk study. Tahun 1861 Pangeran Adipati pulang ke Sambas dan diangkat menjadi Sultan Muda. Baru pada tanggal 16 Agustus 1866 beliau diangkat menjadi Sultan dengan gelar sultan Muhammad Syafeiuddin II. Beliau mempunyai dua orang istri. Dari istri pertama (Ratu Anom Kesumaningrat) dikaruniai seorang putera bernama Raden Ahmad dan diangkat sebagai putera Mahkota. Dari istri kedua (Encik Nana) dikaruniai juga seorang putera bernama Muhammad Aryadiningrat. Sebelum manjabat sebagai raja, Putera Mahkota Raden Ahmad wafat mendahului ayahnya. Sebagai penggantinya ditunjuklah anaknya yaitu Muhammad Mulia Ibrahim. Pada saat Raden Ahmad wafat, Sultan Muhammad Syafeiuddin II telah berkuasa selama 56 tahun. Beliau merasa sudah lanjut usia, maka dinobatkan Raden Muhammad Aryadiningrat sebagai wakil raja dengan gelar Sultan Muhammad Ali Syafeiuddin II.


Setelah memerintah kira-kira 4 tahun, beliau wafat. Roda pemerintahan diserahkan kepada Sultan Muhammad Mulia Ibrahim. Dan pada masa pemerintahan raja inilah, bangsa Jepang datang ke Sambas. Sultan Muhammad Mulia Ibrahim adalah salah seorang yang menjadi korban keganasan Jepang. Sejak saat itu berakhir pulalah kekuasaan Kerajaan Sambas. Sedangkan benda peninggalan Kerajaan Sambas yang masih tersisa antara lain tempat tidur raja, kaca hias, seperangkat alat untuk makan sirih, pakaian kebesaran raja, payung ubur-ubur, tombak canggah, meriam lele, 2 buah tempayan keramik dari negeri Cina dan kaca kristal dari negeri Belanda.
---------------habis-------------

Rabu, 28 April 2010

Tidak Perlu Marah



Manusia tidak boleh menyalahkan takdir sebagai alasan untuk tidak beribadah dan berusaha. Seorang tidak boleh berkata, ”Jika aku telah ditakdirkan baik dan beriman, mengapa aku harus bersusah payah beribadah dan beramal saleh? Bukankah sudah pasti aku akan masuk Surga?” Seorang juga tidak sepantasnya berkata, ”Jika aku telah ditakdirkan menjadi kafir, apakah manfaatnya jika aku berusaha menjadi mukmin? Bukankah yang kulakukan akan sia-sia, karena takdir telah menetapkan bahwa aku akan masuk neraka?”Kata-kata seperti itu jelas keliru dan tidak boleh diucapkan. Tidak sewajarnya kita mengatakan,”Jika nasibku telah ditentukan dan ditetapkan sejak lahir, apa untung dan ruginya bila aku bekerja keras dan beribadah sekarang ini?”Contoh yang paling baik untuk kita renungkan adalah cerita Nabi Adam as. dengan Iblis la’natullah. Iblis menyalahkan takdir yang menyebabkannya durhaka kepada Allah. Kemudian ia menjadi kafir dan dikeluarkan dari rahmat Allah dan diusir dari sisi-Nya. Nabi Adam as pun mengakui kesalahannya. Beliau menganggap kesalahan itu adalah tanggung jawabnya sendiri. Kemudian ia memohon ampun kepada Allah swt. Maka beliau mendapat rahmat dan ampunan Allah swt.Jangan kita mengorek qadha dan qadar Allah.

Nabi Uzayr pernah mempersoalkan asal usul kejadian makhluk, kemudian mematikannya dan menghidupkannya kembali. Maka Allah swt kemudian mematikannya selama seratus tahun. Kemudian Dia menghidupkannya kembali seperti sebelum hidup di dunia dan sekali lagi mematikannya. Semua dilakukan agar menjadi i’tibar bagi manusia.Apabila di dunia ini kita menemukan orang-orang yang berbuat dosa, seperti mencaci Allah, munafik, menyekutukan Allah, mempermainkan hukum-hukum Allah, merendahkan kalam Allah, dan sebagainya yang secara zahir jahat dan keji, janganlah semua itu membuat iman kita goyah atau lemah. Itu adalah semua ujian dari Allah untuk kesabaran kita dan pelajaran dari Allah tentang orang-orang yang disesatkan Allah. Sebaiknya kita mendoakan semoga Allah memberi taufiq dan hidayah kepada orang tersebut. Insya Allah kita akan terhindar dari sifat dan perbuat tercela seperti yang dilakukan orang tersebut, karena Rasululllah saw pernah bersabda : ”Doa seorang muslim untuk saudaranya sesama muslim dari kejauhan tanpa diketahui olehnya akan dikabulkan. Di atas kepalanya ada malaikat yang telah diutus, dan setiap kali ia berdoa untuk kebaikan, maka malaikat yang diutus tersebut akan mengucapkan amin dan kamu juga akan mendapat seperti itu.” (HR Muslim).Ketahuilah bahwa semua kebaikan yang kita perbuat bukan berasal ’dari’ kita sendiri, tetapi sebenarnya hanya ’melalui’ diri kita.

Tegasnya, tanpa taqdir Tuhan tidak ada yang dapat kita perbuat. Jadi, takdir atas pekerjaan dan kejayaan kita datangnya dari Allah. Apabilah kita bersalah, kesalahan itu adalah hak atau milik kita agar kita mengenal arti bertaubat. Kesalahan itu datang dari angan-angan dan niat yang wajar dari ego kita. Jika kita memahami hal ini dan mengikuti petunjuk-Nya, kita termasuk dalam golongan manusia yang di Firmankan Allah :”Dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiayai diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun atas dosa-dosanya, dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa itu selain Allah? Dan mereka tidak melanjutkan perbuatan keji itu. Sedangkan mereka mengetahui.” (Ali ’Imran : 135).Dalam Kitab Al-Hikam karangan Syeikh Ibn Athoillah tertulis : ”Keinginanmu untuk lepas dari urusan duniawi, padahal Allah membekalimu dengan sarana penghidupan, adalah syahwat yang samar. Sedangkan keinginanmu untuk mendapatkan sarana penghidupan, padahal Allah telah melepaskanmu dari urusan duniawi, adalah suatu kemunduran dari cita-cita luhur”. Disini kita diajarkan agar ridha atas peran yang telah Allah takdirkan kepada kita. Orang yang ditakdirkan Allah menjadi karyawan jadilah karyawan yang baik, yang menjadi petani jadilah petani yang baik, yang menjadi aparatur negara jadilah aparatur negara yang bertanggung jawab dan adil, yang menjadi pengusaha jadilah pengusaha yang jujur dan dapat menafkahkan hartanya di jalan Allah, yang jadi ulama jadilah ulama yang dapat menyinari dan menuntun umat dari kegelapan kepada jalan yang terang. Jika kita tidak ridha dan berpanjang angan-angan terhadap peran lain dari yang telah Allah tetapkan berarti kita telah memperturutkan syahwat yang samar. Yang harus dilakukan adalah bersungguh-sungguh memfokuskan niat, perhatian dan perjuangan pada Allah, yang ada di balik semua wujud dan kejadian. Sehingga apapun yang kita lakukan menjadi lahan ibadah kepada Allah dan segala potensi yang ada kita sujudkan untuk menyembah Allah.Syeikh Ibn Athailah dalam Al Hikam mengatakan “Salah satu tanda bergantung pada amal adalah berkurangnya harapan tatkala gagal”. Jika kita berasumsi bahwa sumber kekuatan di balik usaha-usaha kita adalah diri kita sendiri, kita akan kecewa kala hasilnya tak sesuai dengan harapan-harapan kita. Tetapi, kalau kita benar-benar berserah diri kepada Allah, maka kita akan melihatnya satu asal dan penyebab dibalik usaha, peranan pribadi kita dalam melaksanakannya dan juga hasilnya. Kegagalan kemudian hanya akan kita anggap sebagai peringatan untuk memperkuat kesadaran pada kehendak, rahmat, dan kemurahan Allah.

Di mata orang yang tercerahkan, terdapat kesatuan total dalam usaha dan hasil. Kalau kita sudah mempunyai keyakinan seperti tersebut, insya Allah kita tak akan sombong dan angkuh jika berhasil dalam kehidupan dunia dan berputus asa jika gagal dalam kehidupan ini.Syeikh Ibn Athailah lebih lanjut mengatakan : “Ketika Allah membukakan pintu pengertian bagimu tentang penolakan-Nya, maka penolakan itu pun berubah menjadi pemberian”. Maksudnya, kita menyaksikan ke-Mahakuasaan- Nya ketika diberi nikmat dan melihat Keindahan dan Kelembutan-Nya ketika diberi nikmat. Yang penting adalah penyaksian, bukan keadaannya. Yang diinginkan oleh orang yang mendapatkan nur ilahi bukan keduanya, karena fokus perhatiannya adalah pada Sumber seluruh wujud, Pencipta seluruh makhluk, yang Kemurahan-Nya melampaui apa yang tampak sebagai kesempitan atau kelapangan, karena Kemurahannya ada dalam setiap waktu dan keadaan.”Ketika Allah memberimu, Dia memperlihatkan kepadamu belas kasih-Nya. Ketika Dia menolak memberimu, maka Dia memperlihatkan kepadamu kekuasaan-Nya. Dan dalam semua itu, Dia memperkenalkan diri kepadamu dan menghadapmu dengan kelembutan-Nya.”Janganlah kita membanggakan zikir, sholat, shodaqoh, zakat, haji dan amaliah lainnya, karena itu semua adalah pertolongan Allah, bersyukurlah kepada-Nya karena banyak yang mempunyai kemampun fisikal, harta dan waktu tidak diberikan pertolongan oleh Allah untuk melakukan perbuatan baik tersebut.

Janganlan bangga jika dipuji orang, karena sesungguhnya Kasih Allah telah menutupi aib kita sehingga orang hanya melihat kebaikan kita tanpa melihat aib kita.Janganlah marah ketika dihina orang, karena itu adalah pertolongan Allah agar kita memperbaiki kesalahan kita atau memperbaiki kekurangan amaliah kita dan agar kita menjadi orang yang lebih sabar. Sebagai pribadi janganlah kita mencemooh dan menganiaya orang yang berbuat dosa, melainkan serahkan kepada hukum yang berlaku untuk tegaknya ketertiban dalam masyarakat. Berilah nasihat dengan bijaksana kepada orang-orang yang tingkatannya dibawah kita. Janganlah memberi nasihat dengan ilmu, tetapi lakukanlah dengan kasih sayang, agar hatinya tidak liar.

Kepada orang yang sebaya atau setingkat sampaikan kebenaran dari Allah dengan ilmu yang tidak menggurui. Kepada orang yang lebih tinggi dari kita sampaikan kebenaran dari Allah dengan tetap memelihara kerhormatannya.Ada baiknya kita ambil pelajaran dari dialog Nabi Adam dengan Nabi Musa, dalam hadist Rasulullah SAW:Dari Abu Hurairah RA, dia berkata, ”Rasulullah SAW telah bersabda, ” Adam dan Musa alaihima salam tengah berdebat di sisi Allah. Namun akhirnya Adam dapat mengalahkan Musa alaihi salam.”Musa berkata,”Kamulah Adam yang telah diciptakan Allah dengan kekuasaan-Nya. Kemudian Allah menghembuskan ruh-Nya ke dalam dirimu. Setelah itu, Allah memerintahkan semua malaikat-Nya untuk bersujud kepadamu dan Dia menempatkanmu di dalam surga-Nya, tetapi kemudian kamu membuat manusia turun ke bumi karena kesalahanmu.”Adam menjawab,”Kamulah Musa yang telah dipilih Allah dengan risalah dan firman-Nya. Allah juga telah memberimu beberapa lembaran yang berisi penjelasan tentang segala sesuatu dan mendekatkanmu untuk menerima firman-Nya. Berapa tahunkah Allah telah menulis kitab Taurat sebelum aku diciptakan?” Musa Mejawab,”Empat puluh tahun,”Adam bertanya lagi,”Apakah kamu dapatkan, di dalam kitab taurat, ayat yang berbunyi:’... ...dan durhakalah Adam kepada Tuhannya serta sesatlah ia.’(Qs. Thaahaa (20): 121)”Musa menjawab,” Ya,”Adam bertanya lagi,”Mengapa kamu mencelaku karena suatu perbuatan yang telah ditetapkan Allah azza wa Jalla empat puluh tahun sebelum Allah menciptakanku?”Rasulullah SAW bersabda,”Akhirnya Adam dapat memberikan jawaban kepada Musa,” (HR. Muslim)Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari dialog Nabi Adam dan Nabi Musa tersebut, agar kita tidak mencela orang yang berbuat dosa. Kita harus bersikap egaliter terhadap semua hamba Allah.

Di dalam hati nurani orang yang menapaki tarekat, Mahabbah dan Ma’rifat tidak sepantasnya memiliki kebencian dan kesombongan di dalam hatinya, karena kesombongan hanya pantas dimiliki oleh Allah. Karena kesombonganlah, Iblis dilaknat Allah...

Selasa, 27 April 2010

Golden Ratio


BUKTI NYATA ADANYA TUHAN

Yang pernah belajar Matematika, pastinya pernah mendengar nama Fibonacci (Leonardo Pisano Fibonacci. Pisa, Italy. 1170 - 1250 ). Dia adalah seorang ahli matematika yang hidup pada abad pertengahan di Aljazair. Semasa kecilnya pernah berguru kepada seorang ahli matematika Muslim, hingga akhirnya Fibonacci membawa ilmu Golden Ratio yang mengguncangkan Eropa dan dunia.

Golden Ratio benar-benar terobosan ilmu pengetahuan yang mencengangkan.

Golden ratio diperoleh dari pembagian satu angka dalam deret Fibonacci dengan angka sebelumnya. Angka Fibonacci memiliki satu sifat menarik. Jika kita membagi satu angka dalam deret tersebut dengan angka sebelumnya, akan didapat sebuah angka hasil pembagian yang besarnya sangat mendekati satu sama lain. Besar hasil pembagiannya mendekati satu sama lain dan bernilai tetap setelah angka ke 13 dalam deret tersebut. Sedangkan deret Fibonacci itu sendiri adalah deret yang terbentuk dengan masing-masing angka dalam deret tersebut merupakan hasil penjumlahan dari dua angka sebelumnya.
Bentuk dari deret Fibonacci itu adalah : 0, 1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, 34, 55, 89, 144, 233, 377…
Sedangkan hasil pembagiannya, bernilai sama setelah angka ke-13 :
233/144 = 1,618
377/233 = 1,618
610/377 = 1,618
987/610 = 1,618..dst

Nilai 1,618 inilah yang dikemudian dikenal dengan Golden Ratio dan kemudian dilambangkan dengan φ (Phi, dan jangan sampai keliru dengan pi=3.14..).


Phi Konstan-1,618, jumlah Nilai unggulan matematika. Allah – Sang Pencipta selalu menggunakan nomor yang sama dalam berbagai peristiwa di alam semesta, dalam pulse hati kita, rasio aspek spiral DNA, di desain khusus yang disebut alam semesta dodecehadron, dalam aturan array daun tanaman yang disebut phylotaxy, dalam bentuk serpihan salju, kristal, dalam struktur spiral banyak galaksi. Sang Pencipta menggunakan nilai yang sama, Golden Ratio – 1,618 ….

Kota Mekkah adalah Golden Ratio Points Dunia?
Proporsi jarak antara Mekah – Kutub Utara dengan jarak antara Mekah – Kutub Selatan adalah persis 1,618 yang merupakan Golden Ratio. Selain itu, proporsi jarak antara Kutub Selatan dan Mekah dengan jarak antara kedua kutub adalah lagi 1,618 unit.
Keajaiban belum selesai The Golden Ratio Point of the World adalah di kota Mekkah menurut peta lintang dan bujur yang merupakan penentu umum manusia untuk lokasi.

Proporsi jarak Timur – Barat Mekah adalah 1,618 unit. Selain itu, proporsi jarak dari Mekah ke garis titik balik matahari dari sisi barat dan perimeter garis lintang dunia pada saat itu juga mengejutkan sama dengan Golden Ratio – 1,618 unit. The Golden Ratio Point of the World selalu dalam batas kota Mekkah, di dalam Daerah Suci yang meliputi Ka’bah menurut semua sistem pemetaan kilometrical meskipun variasi kecil dalam perkiraan mereka.

Golden Ratio – Pada Al Qur’an
Hubungan antara Kota Mekah dan Golden Ratio jelas terukir dalam Surah Ali Imran’s (bagian dari Al Qur’an) ayat 96. Jumlah total semua huruf dari ayat ini adalah 47. Menghitung Golden Ratio dari total surat, kata Mekkah tersirat : 47/1.618 = 29,0. Terdapat 29 surat-surat dari awal sampai ayat kata, Makkah seperti dalam peta dunia. Jika hanya satu kata atau huruf yang hilang, rasio ini tidak pernah bisa dipakai.

Dengan tanpa batas, kita telah melakukan proses yang sama yang kita laksanakan pada peta dunia dan menyaksikan koherensi mulia sejumlah surat yang mengungkapkan hubungan antara Mekah dan Golden Ratio.

Semua bukti ini menunjukkan bahwa antara Sang Pencipta Dunia dan matematika adalah Satu dan Tunggal yaitu Allah SWT, yang tak dapat dijelaskan dan kekuatan besar yang telah menciptakan Ka’bah, kota suci dan Al Qur’an. Ini mengingatkan seluruh umat manusia bahwa dia telah memberikan tanda-tanda untuk seluruh umat manusia atas dasar ramalannya tentang masa depan dan bahasa umum manusia. 




Penemuan mengenai hubungan antara Golden Ratio, Mekkah, Ka’bah dan Qur’an telah meningkat dari hari ke hari. Pada gambar, itu menunjukkan bahwa pengukuran dengan rasio emas kompas yang juga dikenal sebagai Leonardo kompas, membuktikan bahwa kota Mekah terletak di Golden Ratio Point of Saudi sementara Ka’bah terletak di Mekah Golden Ratio City. Menurut perhitungan probabilitas, semua bukti ini tidak dapat insidentil (terjadi Secara Kebetulan).

Menurut Harun Yahya, angka emas bukanlah hasil dari imajinasi matematis, akan tetapi merupakan kaidah alam yang terkait dengan hukum keseimbangan. Dalam hal ini ayat al Quran menyatakan : " sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itu pun dalam keadaan payah.
(QS. Al Mulk, 67: 3-4)
Dalam novel The Da Vinci Code, Brown memberikan sejumlah contoh Golden Ration dalam tubuh kita. Ilustrasinya dapat dilihat pada gambar berikut ini.






jika antara pusar dan telapak kaki dianggap berjarak 1 unit, maka tinggi seorang manusia setara dengan 1,618 unit.





  • Jarak antara ujung jari dan siku / jarak antara pergelangan tangan dan siku,
  • Jarak antara garis bahu dan unjung atas kepala / panjang kepala,
  • Jarak antara pusar dan ujung atas kepala / jarak antara garis bahu dan ujung atas kepala,
  • Jarak antara pusar dan lutut / jarak antara lutut dan telapak kaki

  • Selain gambar diatas, sejumlah gambar ilustrasi dibawah ini juga memberikan satu petunjuk bagaimana sesungguhnya dalam tubuh kita terdapat banyak sekali kesesuaian penerapan golden ratio.



    Panjang wajah / lebar wajah,



  • Jarak antara bibir dan titik di mana kedua alis mata bertemu / panjang hidung,
  • Panjang wajah / jarak antara ujung rahang dan titik di mana kedua alis mata bertemu,
  • Panjang mulut / lebar hidung,
  • Lebar hidung / jarak antara kedua lubang hidung,
  • Jarak antara kedua pupil / jarak antara kedua alis mata.

  • Tidak hanya pada tubuh manusia, fenomena Golden Ratio juga nampak pada bangunan, musik, binatang, lukisan. Berikut ini sebagian contoh penerapan golden ratio.