Selasa, 10 Februari 2015

Siapa Laki-laki Itu Nak?



Apa kabarmu di sana nak?

Di kota tempatmu pernah menimba ilmu, tempatmu mengejar karirmu sekarang ini dan kota mana akan kau temukan calon pendampingmu. Apa kau masih mengingat orang tua ini? Orang tua yang setiap saat tak henti mendoakan segala yang terbaik untukmu.

Ayah ingat siang itu, sebelum berangkat, dengan wajah malu-malu kau bercerita tentang seorang laki-laki yang berniat untuk meminangmu. Kau tahu nak_ sesungguhnya sudah lama ayah mempersiapkan diri untuk mendengar kabar ini,
kabar tentang seorang laki-laki lain yang akan membawamu pergi jauh dari ayah. Kabar tentang laki-laki yang meminta pengalihan tanggung jawab dari ayah. Sungguh sudah lama ayah mempersiapkan diri. Tapi tetap saja siang itu ayah terkejut, meski mungkin saat itu kau tidak begitu melihat perubahan di wajah ayah.

Siapa dia nak? Siapa laki-laki yang berani memintamu dari ayah? Bawa dia kesini... biar ayah lihat dulu, seberapa mampu dia meyakinkan ayah bahwa dia akan memperlakukan dan menjagamu tidak kurang dari yang ayah sudah lakukan kepadamu. Bawa dia kesini nak... biar ayah nilai dulu, seberapa tulus dia menyayangi dan membimbingmu tidak kurang dari rasa sayang yang sudah ayah berikan kepadamu. Ayo bawa dia kesini... biar ayah pertimbangkan dulu, seberapa baik agamanya, seberapa baik ibadahnya, seberapa besar tanggung jawabnya, dan seberapa sabar nantinya dia menghadapi putri kecil ayah.


Nak... ayah tahu siang itu akan datang, siang yang mengharuskan ayah untuk menyadari bahwa putri kecil ayah akan segera menggenapkan setengah agamanya, dengan bakti pada dia yang belum ayah kenali. Padahal di mata ayah, kamu tetaplah gadis kecil yang beberapa waktu lalu merengek minta dibelikan boneka yang lengkap dengan perlengkapan makeup-nya. Rasanya... kamu masih tetap gadis kecil ayah yang mengadu dengan mata berkaca-kaca bahwa abangmu satu-satunya itu telah menggangumu ketika kamu sedang asyik bermain. Gadis mungil ayah, yang selalu berdiri di depan pintu menunggu ayah sepulang kerja untuk memeriksa apakah ada sesuatu yang ayah belikan untukmu .

Dan kemarin, ketika dengan izin ayah, kau pergi berkenalan dengan keluarga besarnya. Kembali ayah harus segera menyadari bahwa binar yang kau bawa pulang itu tidak biasa, binar yang belum pernah ayah lihat ketika dengan antusias kau bercerita. Sebenarnya nak, ayah cemburu. ayah mencemburui dia yang tiba-tiba datang tapi sudah mampu menghadirkan getar-getar rasa yang terlihat di rona wajahmu. Tapi percayalah nak, kecemburuan itu akan segera ayah tepis, ayah usir dengan keyakinan bahwa posisi ayah dan posisi laki-laki itu berbeda. Bahwa warna cinta untuk ayah tidak sama dengan warna cinta untuknya.

Pesan ayah... setelah nanti kau ayah serahkan dengan disaksikan oleh para malaikat. Jadilah pendamping yang patuh kepada laki-laki itu nak, yang senantiasa bersyukur dan berterimakasih, yang menjaga diri dan kehormatannya, kehormatan laki-laki yang kelak sudah menjadi suamimu, yang tidak mudah menuduh dan menyakiti hatinya, yang menyimpan rahasia dan menutupi aibnya. sebab tidak mudah untuk menjadi seorang suami, tidak mudah pula untuk menjadi orang yang bertanggung jawab penuh terhadap orang lain, yang harus menjaga dirinya dan keluarganya dari api neraka. Jadi sekali lagi nak... jangan bebani dia, tapi bantulah dia.sesuai peran dan kemampuan yang engkau punya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar